Sabtu, 03 Juli 2010

Hukum Atas, Bawah dan Tengah

Biasanya ketika kita masih baik, sholat kita masih teratur, baca qur’an kita masih tidak terputus, puasa senin kamisnya rajn, dan ibadah-ibadah yang menyelimuti aktivitasnya maka ketika ada sebuah kesalahan yang terjadi, kita langsung bersimpuh mohon ampunan Ilahi Rabbi. Kemudian dilakukan kembali kesalahan yang sama, maka munculnya adalah permohonan ampun...., tapi sekarang cukup dengan doa dan kata-kata, sudah tidak ada tangisan lagi. Kemudian diulangi perbuatan itu kembali, maka yang terjadi adalah rasa sedikit bersalah saja, sudah tidak ada lagi doa memohon ampun.


Saya begitu ingatnya ketika SMA dulu ustad saya menjelaskan tentang hukum atas bawah dan tengah, apa itu hukum atas bawah dan tengah? Ketika Hawa Nafsu di atas fitrah kebaikan maka yang terjadi adalah pengingkaran, ketika Fitrah kebaikan di atas hawa nafsu maka yang terjadi adalah ketundukan, dan jika keduanya pada posisi berimbang di tengah-tengah maka mulailah terjadi proses-proses kemunafikan, mulailah terjadi proses kedzoliman dan mulailah kita terombang ambing dalam fatamorgana.


Ketika Fitrah kebaikan ada di atas hawa nafsu, cukuplah al qur’an dan sunah menjadi dasar dalam tindakan kita, tidak perlu undang-undang lain apalagi undang-undang dibuat oleh orang-orang jauh dari pemahaman keislaman, atau jika pun dibuat oleh orang-orang yang beragama Islam tetapi mendapat banyak tekanan dan titipan kepentingan. Kata-kata orang-orang fitrah kebaikannya di atas hawa nafsunya adalah.....”Innallaha ma’ana” cukuplah Allah bersama saya.


Ketika Hawa nafsu di atas fitrah kebaikan, maka semua kejahatan dicarikan dalil pembenaran.Klu perlu menggunakan hukum-hukum humanis untuk mendebat dan menyalahkan hukum-hukum Allah dan Rasulnya. Dunia menjadi tujuan aktivitasnya, pengakuan orang menjadi air yang menyegarkan bagi dirinya, karirnya menjadi jalan untuk meraih keinginan-keinginan nafsunya.


Yang Asyik untuk di cermati adalah ketika Fitrah Kebaikan sama dengan hawa nafsunya, maka mulailah memilih-milih..., memilih-milih hukum-hukum yang digunakan untuk mendukung kepentingan dirinya. Yang suka berteman tanpa batas aturan mereka mengedepankan kata-kata Ukhuwah, yang suka berzina mereka mengedepankan hukum-hukum humanis....khan dilakukan secara pribadi, tidak mengganggu orang lain? Khan sama-sama suka?...., ketika seorang istri mau membenarkan tindakan dirinya, yang mengedepankan kebebasan, dan menentang semua perintah yang baik dari suaminya....mereka berlandaskan pada hak-hak kebebasan wanita, hak-hak feminisme, hak-hak kesamaan laki-laki dan perempuan. Kalau perlu didebat Al Qur’an dan sunah, klu perlu di ubah cara memahami dan mengartikan Al Qur’an dan Sunah.


Allahu Akbar ......; semuanya fenomena itu sudah tergambar dalam al qur’an dan sunah. Bagaimana tidak ?? Allah secara keras mengingatkan kita...........


“Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.” (Qs. Al Maidah 48)


“Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.” (Qs. An Nisa 135)


Ketika kita bertemu dengan orang-orang yang terlihat sukses secara keduniaan, Mobilnya Honda Civic terbaru, atau BMW. Gayanya parlente, kalau bicara dagunya di angkat sedikit ke atas menandakan keangkuhan. Kemudian gaya bicaranya meyakinkan....apakah kemudian kita menjadi kagum kepada mereka, padahal tidak satupun langkahnya dilandaskan pada niat suci mencari keridhoan Allah?


Hal ini juga digambarkan secara jelas oleh Allah dalam Al Qur’an
“ Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar[1477]. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?” (Qs. Al Munaafiqun 4)


Orang-orang yang Hawa Nafsunya di atas Fitrah Kebaikan selalu saja mengatas namakan kebenaran dalam setiap tindakan, mengatasnamakan kebebasan sebagai acuan, padahal kita tahu persis bahwa kebenaran itu hanyalah dari Allah walaupun kemudian Allah memberi konsekuensi kebebasan untuk memilih kebenaran. Mau Baik ayoo.., mau buruk kafir ya monggo.....:


“Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir." (Qs Al Kahfi 29)


UU KDRT – Undang-undang kekerasan dalam rumah tangga menjadi dalil pembenaran sebuah pembangkangan istri terhadap suami, bukannya pemahaman keagamaan yang ditekankan tapi malah kesamaan hak yag dikedepankan. Lihat saja UU KDRT pasal 5 huruf B penjelasan tentang kekerasan Psikis, dimana disebutkan bahwa kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan atau psikis berat pada seseorang. Dalil ini dijadikan kelompok feminis untuk menghukum suami yang melarang istrinya melakukan sesuatu, walapupun sebenarnya maksud suami tersebut adalah baik. Dalil ini dipakai oleh kelompok feminis untuk mengedepankan kesamaan, Tidak perlu melarang-larang, tidak perlu minta-minta ijin suami....karena itu dianggap menghilangkan kepercayaan diri, itu dianggap menghilangkan kemampuan bertindak.


Allahu Akbar........, jika memang Suami menyuruh istrinya berbuat dholim, menyuruh berbuat suatu aktivitas yang dilarang agama maka tidak perlu UU KDRT, Islampun tidak pernah mengijinkan suami bertindak seperti itu.


Atau jika ada suami yang melarang istrinya berbuat kebaikan, melaksanakan aktivitas yang di minta oleh Allah dan Rasulnya, maka tidak perlu UU KDRT, Islampun melarang keras tindakan suami tersebut.


Tapi jika sang suami dengan pemahaman syariatnya, pemahaman ilahiyah untuk menjaga keluarganya dari siksaaan Api Neraka kemudian menyuruh sesuatu atau melarang sesuatu, maka Wallahi sesunggunhnya Allah tidak akan pernah ridho kepad istri-istri yang menantang suaminya dan menuntut kebebasan dirinya melakukan apapun. Sesungguhnya Allah telah mengatur dengan indah hubungan itu dalam


"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri[289] ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)[290]. Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya[291], maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya[292]. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar." (Qs An Nisa 34)


Dan lihatlah bagaimana Islam mengatur istri-istri yang dikhawatirkan nusyuznya? Al Qur’an pun telah mengaturnya


Maka mari kita sadari semua untuk senantiasa menjadikan fitrah kebaikan di atas hawa nafsu kita, agar Allah ridho dengan langkah-langkah kita. Dan memanggilnya untuk masuk kedalam SurgaNya...


“Hai Jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka Masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, Masuklah ke dalam syurga-Ku” (Qs Al Fajr 27 – 30)

Tidak ada komentar: