Minggu, 23 Mei 2010

Ketika Maut Menyadarkan Kita [1] [...Fenomena...]

Sepertinya jauuuh sekali maut, bagaimana tidak ? klu semua merasa maut itu dekat, pengadilan Allah itu dekat, Neraka dan Surga dekat.....kenapa maksiat menjamur dimana-mana, kenapa korupsi merajalela, kenapa hedonisme-kecintaan kepada dunia menjadi trend dan seolah menjadi agama baru.
Ada seorang suami yang begitu menampilkan rasa sayangnya pada keluarga, ketika keluar dari rumahnya berbaur dengan lingkungannya menjadi ganas, rakus...pada apa? Pada tubuh-tubuh yang tidak halal baginya, pada hiburan-hiburan malam berkedok relationship.
Ada seorang istri yang demikian menjaga dirinya dalam keluarga kemudian ketika dalam kesibukan kerjanya pergi kemana-mana bersama laki-laki lain, makan siang bersama, kunjungan bersama, seolah-olah ikhtilat itu menjadi hal yang boleh dilanggar dengan justifikasi ...’bekerja’.
Ada seorang istri yang kebetulan menjadi anggota DPR RI dengan alasan menjalankan amanah rakyat kemudian rela tidak menjalankan perintah suaminya, rela untuk berpisah dengan alasan idealis membela rakyat.
Ada pula seorang direktur yang sangat baik tampilannya, selalu terjaga imagenya, rela meluangkan waktunya ke luar negeri untuk menyalurkan hobi terpendamnya bermain api dengan banyak wanita.
Ada juga Gayus yang muncul dipermukaan karena memanfaatkan posisinya untuk memperkaya dirinya, padahal itu hanya satu yang tampak, demikian banyak yang tersembunyi yang memanfaatkan posisinya untuk memperkaya dirinya, mempromosikan dirinya atau memperkaya orang lain.
Ada pula cerita tentang hasil survey terhadap pelajar SMP dan SMA yang hasilnya sangat mencengangkan 36% siswa pernah berhubungan sex.
Begitu jauh rasanya maut itu.........
Masih banyak fenomena-fenomena aneh yang terjadi, ....pernah saya tanyakan kenapa malam minggu itu kok jalanan ramai, jawabnya simple....besok liburan jadi sekarang jalan-jalan cari hiburan. Klu memang temati seperti itu...saya jadi tergelitik bertanya ...kok malam jumat , hari yang sangat di istimewakan Allah bahkan menjadi salah satu surat dalam Al Qur’an tidak tampak masjid ramai, surau-surau ramai....klu pun ada satu dua orang tua yang sudah uzur dengan pengeras suaranya melantunkan bacaan-bacaan al quran. Rasanya tidak adil malam minggu demikian ditunggu-tunggu, malah hari yang sangat istimewa...yaitu malam jumat malah ditinggal nonton sinetron.
Ada fenomena yang cukup aneh, seorang ibu yang mengajar ngaji masyarakat, membimbing anak-anaknya untuk selalu taat kepada Allah dan menjaga kemuliaannya, satu saat berkenalan dengan teknologi internet, dan apalagi klu bukan facebook? Mulailah asyik mencari kawan-kawan lamanya dan mulai ditemukan satu persatu, dari yang kelas preman sampai kelas ikhwan...; saat teman-temannya yang kelas preman menyapa dengan penuh manis, sang ibu tersentak gembira dan menulis “aduuh aduuuh aduuh mas A, sudah lama nggak ketemu ya, aduuh aduuh kok bisa kita ketemu lagi.....” ekspresi keceriaan yang berlebihan muncul....seakan-akan pemahaman selama bertahun-tahun tentang menjaga izzahnya dilupakan hanya hitungan menit. Bisa dipastikan gurauan-gurauan, basa basi, pertanyaan-pertanyaan yang tidak bermakna bersliweran, dinikmatinya.
Dan tiba-tiba saya mendapat kiriman puisi dari seorang teman, puisi dari seorang penyair kondang yang saat itu berbaring sakit, alm Rendra, yang berjudul Renungan Indah. Beberapa bait syairnya adalah sebagai berikut :
Seringkali aku berkata, ketika semua orang memuji milikku
Bahwa sesungguhnya ini hanyalah titipan
Bahwa mobilku hanyalah titipan
Bahwa rumahku hanyalah titipan
.......
......
Tetapi mengapa aku tidak pernah bertanya,
Mengapa Dia menitipkan padaku??
Untuk apa dia menitipkan ini padaku ?
.......
.......
Mengapa hatiku justru merasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya?
Ketika diminta kembali, kusebut sebagai musibah....
Kusebut itu ujian, kusebut itu adalah petaka
........
........

Indah dan sangat bermakna puisi tersebut, tapi bukan itu yang mau saya jelaskan disini, tetapi pada menjawab apakah penyadaran-penyadaran seperti yang dituliskan dalam puisi itu harus menunggu ketika kita terbaring di rumah sakit? Atau bahkan ketika maut sedang menghadang kita??

Kontinyu...(2)

Tidak ada komentar: