Rabu, 09 April 2008

Persepsi .....Why ?

Berkali-kali saat menjadi pembicara dengan materi Effective Public Relation, senantiasa saya mengawali dengan 'kedudukan' sebuah persepsi. "Sialnya orang menilai kita"....pertanyaan lanjutannya adalah kenapa orang iseng menilai kita, kenapa orang tidak sibuk saja dengan dirinya sendiri, kenapa banyak orang sok tahu menilai diri kita, kemudian membuat justifikasi-justifikasi sendiri. Ya kenyataannya ...orang menilai kita.

Kemarin dalam perjalanan ke jakarta, dengan menggenakan sebuah kaos oblong hitam bertuliskan Kuala Lumpur, jeans hitam dan berselimut jaket kulit hitam ditambah potongan rambut khas "angkatan", turun dari pesawat di bandara soekarno hatta masuk di Bus Damri Jurusan Gambir. Baru saja duduk di samping penumpang, langsung ditanya, "lg dinas ya pak, dari kesatuan mana pak?"

Pernah saat mengisi sebuah pelatihan kiat-kiat dalam memasuki dunia kerja di Fakultas Hukum UNAIR Surabaya, saat itu dengan bercelana jeans, dan baju T-Shirt. Di Awal presentasi dijelaskan CV terutama pengalaman organisasi yang saat ini menjadi Ketua Takmir maka ketika ditanyakan "adakah yang percaya bahwa yang saat ini berbicara di depan anda adalah Ketua Takmir, maka 99,99% menjawab panjang Tidaaaaak.......

Dulu saat pertama kali bekerja, memang terjadi "First Salary Phobia", celana, baju, sepatu dan aksesoris yang sering digunakan hampir menjadi keharusan ......Stylist, branded, dan different. maklum seperti lepas dari jajahan belanda....biasa makan 2x sehari, baju seadanya, eeh dapet gaji lumayan banyak...jadi muncul keinginan untuk mulai menghargai diri ini ini dengan beli-beli barang-barang branded.

Cukup lama terjadi 1 tahun berlalu dan semua orang tahu bahwa barang-barang yang melekat, terpasang di tubuh ini pasti branded.

Kemudian seiring waktu mulailah berbelanja kembali di Factory Outlet, di pasar-pasar grosir, di mangga dua, dan sejenisnya. Dengan cukup berbekal 50 ribu 100 ribu, dapat barang-barang yang cukup bagus tentunya setelah melewati perjuangan tawar-tawaran harga yang panjang. Saat barang-barang dari pasar grosir itu dipakai,......adakah orang yang percaya bahwa barang ini dibeli di pasar grosir??????

Itulah The Power Of Perception............

maka berhati-hatilah dalam 'menampilkan' diri, mungkin kita cuek dengan diri kita, seadanya saja atau bahkan memang tanpa skenario terhadap 'persepsi diri'. Tapi tetap saja ...berpasang-pasang mata menilai dan membuat justifikasi-justifikasi tentang persepsi.

Ada seorang mahasiswa sebut saja si fulan, setiap hari pake jaket hitam ya satu-satunya itu, di dada kirinya ada tulisan warna merah himpunan Elektro, baunya khasnya dari 1 meter sudah tercium, tas canvas belelnya selalu saja di cangklong di pundaknya. Satu saat dari jarak 100 meter, beberapa mahasiswa yang sedang bercanda melihat ada orang berjaket hitam, dengan tas cangklong....walaupun jauh, kumpulan mahasiswa sambil cekikikan bilang...ayo tebak....pasti orang yang datang itu si fulan..., sosok berjaket hitam, tas canvas belel dengan bau yang khas.

Ada lagi sosok pegawai yang senantiasa bergurau, dalam cakapnya dia selalu saja bergurau, hampir-hampir tidak pernah terlihat wajah seriusnya. Satu pagi dia ditimpa musibah, dompet berisi uang 5 juta raib, hp-nya pun entah dimana. Wajahnya murung di mejanya, matanya berkaca-kaca seakan-akan akan tumpah air bah. teman-temannya keheranan dan ucapan yang muncul pertama adalah " Eh kenapa lu..., jadi kayak monyet ke panah?" ketika di jawab "saya baru kehilangan dompet berisi uang 5 juta dan hp" maka serentak teman-temannya tertawa...hua ha ha...nggak percaya......

Di momen lain sang pegawai diminta untuk berceramah tentang rencana strategi memenangkan kompetisi, hasilnya ....belum sempat menjelaskan tentang itu, semua orang sudah terpingkal-pingkal tertawa....,padahal? dia sedang bukan melucu dan bergurau, dan sedang menjelaskan topik yang sangat strategis....tapi itulah persepsi

sesungguhnya mau dipersepsikan sebagai apa tergantung pada yang dikerjakan, dilakukan dan hari-hari tampilan kita. Jika kita ingin dihargai, dipersepsikan seseuai harapan kita maka saat ini duduklah di depan kaca, lihat diri kita, tanamkan apa yg ingin ditampilkan dari gambaran diri yang tampak di kaca, kemudian berubah....





1 komentar:

ado mengatakan...

mampir bentar. abis meeting baru baca2 :)