Rabu, 26 Maret 2008

kesejukan itu bernama Ibunda

Tak sabar rasanya melihat wajah ibunda yang akan datang malam ini, 1 tahun berlalu, terasa begitu lama tidak melihat wajah bunda.

Ketika pintu diketuk dan terbuka, terlihat senyum yang indaaaah menawan begitu sejuuk terasa. Tak sanggup lagi bibir ini berkata-kata hanya tetesan air mata yang berbicara bahagia bertemu kekasih hati. Peluk kasing sayang mengaliri seluruh tubuh. Rasanya segala kesombongan luluh, arogansi ilmiah luntur, kepandaian bicara kelu, badan yang besar ini bergetar menahan kerinduan ilahiyah, kecintaan pada seorang bunda.

Bunda, selama ini memang kekakuan diri sering engkau cermati untuk di ubah, agar mencair dengan penuh cinta dan kasih sayang. Sungguh bunda, hati ini sangat cair untuk mengalirkan cinta dan kasih sayang. Mungkin kerapuhan dan kelemahan diri ini yang ingin ditutupi, sehingga muncul arogansi kesombongan.

Bunda, Engkau tidak pernah minta apapun...hanya doa yang selalu engkau harapkan, tapi itupun sering terlewat oleh waktu yang begitu menekan diri. Engkau tidak pernah minta apapun bunda, tapi sekedar bakti seorang anak untuk menanyakan khabar " Bagaimana bunda khabar hari ini?", itupun lewat oleh alam maya harapan dan keinginan. Engkau tidak pernah minta apapun bunda, sekedar menanyakan sakitmu yang menahun pun tidak pernah keluar dari bibir ini. Bukan tidak tahu betapa engkau menahan derita sakitmu, tapi kadang sakit diri yang ada lebih menyibukan dari mengingat rintihanmu.

Bunda saat ini sosokmu sudah ada dihadapan diri ini, tertidur pulas karena menempuh perjalanan yang begitu jauh 12 jam. Mata ini tidak pernah berhenti menatapmu, tubuhmu yang semakin kurus membuat dada ini sesak..., sedih rasanya selama ini tidak pernah begitu focus memperhatikanmu. keriput-keriput di kulitmu yang putih terlihat jelas menandakan waktu telah lama mendampingimu. Tak terasa menetes lagi air mata ini melihat lelahnya wajah ibunda;

Ya ...lelah, perjuangan menempa diri ini oleh ibunda bukan perjalanan mulus jalan tol, tetapi jalan mendaki penuh liku. Ingat engkau ibunda, saat kecil tanpa tahu engkau tidak mempunyai cukup uang, rengekan meminta susu ultra terus saja mendayu bagai nyanyian tanpa henti. Akhirnya demi cinta bunda kepada kami, engkau usahakan itu ada walau harus berjalan jauh ke rumah sahabatmu yang kebetulan memiliki toko makanan, bukan untuk membeli tetapi engkau buang harga diri dengan meminta, sungguh bunda engkau lakukan semata-mata demi kami. Ingat ketika diri ini mulai pandai, menjadi ketua OSIS di sebuah SMA favorit, mungkin engkau melihat diri ini sudah mulai mengajari, diri sudah mulai bisa berdalih, dan merasa terbang ke awan tinggi dan melihatmu kecil dari atas. Engkau hanya mengelus dada dan memberikan cinta tanpa beban pada diri ini, senantiasa menghidupi hati kami, melayani keinginan kami, tanpa sempat memikirkan kebutuhan untuk dirimu ibunda.

Bunda, ingat engkau ketika datang ke bandung melihat tempat tinggal sementara selama kuliah di sana, kamar ukuran 2 x 3 yang hanya cukup untuk kasur di lantai bawah, meja belajar harga 45 ribu dan lemari plastik. Engkau menangis...., jangan menangis bunda, diri ini memang harus ditempa agar tidak lebih terbang ke awan membumbung dalam kesombongan. Engkau menangis mendengar cerita teman-teman saat itu, yang bercerita makan hanya 2x sehari untuk menghemat biaya di bandung, kadang puasa daud dijalani, .....jangan menangis bunda, yakinlah fase perjuangan harus ada dalam tempuhan kesuksesan.

Dulu engkau bangun tengah malam, bersimpuh dihadapan Allah, mendoakan anak-anakmu. Sekarang Engkau pun tetap berdoa mendoakan kami, bahkan engkau masih saja menangis sambil berdoa karena agar kami mudah berjalan menapaki kehidupan, agar kami mudah membuang duri-duri dari jalan kami.

Bunda, sesejuk apapun air pegunungan, sedingin apapun batu es membarakan air, sungguh kesejukan mu menghilangkan segala dahagaku....

2 komentar:

roni mengatakan...

Assalamualaikum wr.wb.
Tulisan yang bagus Mas Iwan. Semoga tetap semangat menulis dan memberikan pengalaman dan kematangan jiwa kepada sesama blogger di seluruh Indonesia bahkan dunia.
InsAlloh juga sebagai sarana dakwah kita,Semoga Alloh senantiasa memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua.
Salam dan semoga sukses selalu.

Ali Hasbullah mengatakan...

Hallo Wan,

long time no see.. :)
Semakin matang saja..
Kapan2 ketemu Wan, aku pengin meguru karo sampeyan..

-ali