Selasa, 25 Maret 2008

Pembedanya adalah Pengorbanan

Ketika orang bicara, sebaik apapun berdalil, dan berorasi...maka orang bisa melihat perbedaannya.
Ketika Pemimpin memerintahkan, menginstruksikan, meminta ini itu untuk dilakukan....bawahannya akan bisa pula membedakan
Ketika orang tua marah, menangis, berharap sesuatu terhadap kita anaknya....anak itu membandingkan pula untuk melihat sebuah perbedaan
Perbedaan antara berbicara dengan kenyataan, memerintah dengan mencontohkan, atau mengharapkan dengan mendorong adalah satu kata Pengorbanan.
Hasan Al banna bahkan secara lugas menghubungkan kata pengorbanan dengan jihad dalam sebuah kata Tidak Mungkin Jihad tanpa Pengorbanan. Jihad di jaman rasul adalah pembeda bagi mereka yang munafik atau yang benar-benar beriman.
Sebanyak apapun perkataan, tanpa ada pengorbanan dalam menjalankan hanya menjadi hiasan bibir semata. Sekeras apapun seorang pemimpin menginstruksikan perintah kepada bawahan tanpa ketauladanan pengorbanan hanya akan tampak sebuah arogasi ketuhanan.
Mahatma Gandhi, perjuangan tiada henti, berbicara dengan hati dan melangkah dengan penuh pengorbanan. Soekarno berorasi dimana-mana, dengan penuh pengorbanan dijalani pengasingan dan penjara. Eka Cipta, sosok pengusaha sukses, datang ke Indonesia dengan harapan, dibuktikan dengan pengorbanan berdagang, dan banyak lagi sosok-sosok yang membuktikan sesuatu dengan pengorbanan, hasilnya adalah mereka menjadi sosok yang berbeda.
Mungkin terlalu mendunia, mari kita berbicara pada tauladan yang melangit....menembus jajaran langit tujuh menuju pada kemuliaan di sisi Alloh.
Saya selalu saja teringat Mus'aib Bin Umair, Sosok anak pengusaha kaya, yang senantiasa berdandan parlente, menjadi pujaan berpuluh-puluh gadis di Mekah. Sesaat setelah cahaya Allah masuk di kalbunya, terjadi inqilabiyah(perubahan), di al qur'an di istilahkan dengan Shibghoh (celupan)-Shibghotallah (celupan Allah); maka tidak akan pernah menjadi sejarah ketika beliau tidak melakukan pengorbanan.
Saat rasul sedang bercengkrama dengan sahabat-sahabatnya dan datanglah sosok mushaib dengan baju yang penuh dengan 'tambalan', beliau menangis, menangis terseguk-seguk hingga membuat sahabat ikut bersedih, kemudian Rasul bertanya kepada sahabat-sahabatnya " Wahai sahabatku, jikalau engkau saat ini memiliki harta yang banyak, dapat berganti-ganti baju setiap saat, mempunyai rumah yang megah, bagaimana menurutmu?" Sahabat menjawab tentunya kami berbahagia ya rasul...., Rasul berkata kembali tidak sesunguhnya tidak, apa yang sekarang kalian rasakan jauh lebih membahagiakan dibandingkan gambaran yang saya tanyakan tadi"
Ketika Abu Bakar Shidiq mendampingi rasul berhijrah, wajahnya terlihat ketakutan, sebentar-sebentar beliau berjalan di depan rasul, kemudian tiba-tiba berjalan di belakang rasul, tak berapa lama abu bakar pindah ke sisi rasul, demikian terus menerus sehingga membuat rasul bertanya "Wahai kekasih Allah ada apa gerangan berlaku seperti itu?", Abu Bakar menjawab "Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya sangat khawatir, terpikir oleh saya bagaimana nanti jika ada musuh yang akan melemparkan tombak dan memanah engkau dari depan, maka segera saya ke depan, kemudian terpikir lagi bagaimana kalau musuh ada dari belakang, kemudian saya ke belakang", Rasul berkata " Wahai sahabatku, apakah engaku lebih rela terluka dan mati untuk melindungi aku?" Abu bakar menjawab " Benar wahai Rasulullah, hamba lebih rela hamba yang terluka dan mati"
Tidak akan pernah habis kita membahas pengorbanan para sahabat, tapi kita sulit membahas pengorbanan-pengorbanan yang telah kita lakukan. Jauuuh lebih banyak waktu kita korbankan untuk harapan & cita-cita keduniaan kita, banyak tangisan menetes karena rasa kecewa dan masalah yang menimpa kita, timbul banyak kekhawatiran dalam diri kita harta, karir, kesehatan dan alam dunia lainnya.
Sungguh jika kita mau berbeda di mata manusia dan mulia di mata Alloh, maka jadikan pengorbanan sebagai kunci hidup kita....

Tidak ada komentar: